Senin, 16 April 2012

Wisatanesia.com-Pantai Parang Kusumo adalah Pantai ini terletak di sebelah barat Pantai Parangtritis,Bantul Yogyakarta. mempunyai keindahan alam yang tidak kalah dengan pantai Parangtritis. Selain itu di dekat pantai ini terdapat 2 batu karang yang sekelilingnya di pagar beton. Tempat yang dikeramatkan oleh penduduk sekitar tersebut dikenal dengan nama Cepuri.

Para pengunjung tidak boleh seenaknya keluar masuk wilayah petilasan Panembahan Senopati ini. Mereka diharuskan melepas alas kakinya sebelum memasuki wilayah Cepuri dan tidak boleh berisik. Para pengunjung sebagian besar peziarah yang berasal dari berbagai daerah. Mereka datang dengan berbagai niat, ada yang ingin cepat dapat jodoh, ingin kaya, tambah wibawa dan sebagainya.

Tempat yang dibuka setiap hari dan paling ramai pengunjungnya pada malam Selasa Kliwon dan Jum’at Kliwon ini masih menyimpan banyak misteri. Seperti dituturkan oleh pemimpin juru kunci Cepuri, banyak para peziarah mengalami kesurupan. Sebagian besar dikarenakan mereka melanggar aturan dan mempunyai niat-niat yang jelek. “ Ini membuktikan kebesaran Tuhan dan sebagai isyarat untuk manusia agar tidak sombong serta tidak bersifat ‘adigang, adigung, adiguna’ terhadap seluruh ciptaan Tuhan,” nasehat Surakso Tarwono sebagai pemimpin juru kunci Cepuri.
Wisata Indonesia Surga Dunia

 Sumber klik di sini

Kamis, 05 April 2012

Danau laguna terletak di kelurahan fitu kecamatan kota ternate selatan. Orang ternate menyebutnya  Danau Ngade karena terletak di desa Ngade. Danau dengan air yang tenang dan kelilingi bukit yang hijau serta laut dan gunung yang terbentang dihadapannya, menawarkan keindahan ini dikawasan danau telah dikembangkan budidaya ikan dan pada saatnya akan menjadi obyek wisata pancing. Anak-anak menggunakan danau untuk berenang dan warga menggunakan airnya untuk menyirami kebun mereka. Danau ini tempat pelarian yang dangat baik dari panas dan hiruk pikuknya kota.


Untuk sumber klik di sini

Air Terjun Blang Kolam Berlokasi di hutan yang teduh dan terdapat di Kabupaten Aceh Utara dengan ketinggian sekitar 75 Meter. Tempatnya yang sejuk dengan alam yang masih asri sekali. Bagi yang ingin merasakan dinginnya air terjun, bisa berendam disini atau sekedar bersantai diakhir pekan. Tempat ini sangat cocok sebagai rekreasi keluarga.

Dulu sebelum konflik melanda Aceh, tempat ini adalah tempat yang menarik, tiap akhir pekan banyak dikunjungi oleh remaja dan keluarga untuk berekreasi. Namun ketika konflik berkecamuk di Serambi Mekkah tempat ini menjadi hutan belantara, tangga yang dulunya dibangun sebagai sarana untuk mencapai puncak bukit dikelilingi semak dan rusak dimakan waktu. Tidak ada seorangpun yang berani memarkir kendaraannya.

Sekarang keadaan sudah damai, dan Air Terjun Blang Kolam pun kembali menunjukan kegairahannya, bagaimanapun air terjun blang kolam pernah menjadi tempat favorit. Untuk mencapai lokasi Blang Kolam sebenarnya tidak sulit, cukup banyak jalur yang bisa ditempuh, bisa melalui Cunda Kota Lhokseumawe, Kandang Aceh Utara dan kawasan muara satu kota lhokseumawe, namun sayang kondisi jalan. menuju objek Wisata Blang Kolam sangat memprihatinkan. Selain hal itu, kondisi jalan yang terjal dan licin juga menjadi salah satu penghambat bagi pengunjung yang ingin menikmati objek wisata ini. Hal lain yang kurang dalam objek wisata ini adalah sarana pendukung seperti Mushalla, MCK, dan tali pembatas jalur. Sementara Pemerintah Kabupaten Aceh Utara Sudah berjanji, akan melakukan renovasi objek wisata ini sejak 2009.


Untuk sumber klik di sini

Selasa, 03 April 2012

Obyek wisata Telaga Permai Batu Besaung merupakan obyek wisata alam, terletak di Sempaja 15 km dari pusat kota Samarinda dengan kendaraan motor/mobil. Obyek wisata ini telah dilengkapi sarana dan prasarana wisata.







Sumber klik di sini
Inilah salah satu potensi wisata Palembang. Pulau Kemaro mempunyai cerita yang unik sepanjang tahunnya. Pulau ini tidak pernah banjir ataupun digenangi air walau sungai musi sedang pasang, ini sebabnya pulau ini disebut Pulau Kemaro. Ada legenda menarik seputar pulau ini. Di Pulau ini terdapat Pagoda yang menjulang tinggi dan kelenteng yang usianya sudah ratusan tahun. Pulau ini menjadi pusat Cap Go Meh bagi umat TriDharma. Namun sejak beberapa tahun lalu, banyak juga yang tidak merayakan Cap Go Meh ikut mengunjungi pulau ini di saat hari Cap Go, karena semua angkutan sungai dan darat disediakan oleh panitia secara gratis. Juga adanya hiburan musik serta wayang. Kalau Cap Go Meh, pulau ini dikunjungi tidak hanya turis lokal, tapi juga dari mancanegara seperti Malaysia dan Singapura.

Untuk mengunjungi pulau Kemaro ini ada beberapa jalur yang bisa ditempuh. Legenda pulau Kemaro ini sendiri berawal ketika terjadi pernikahan antara Putra dari Cina yang ingin akan menikah dengan putri kerajaaan Palembang, beberapa ratus tahun yang lalu. Bagaimana kisah lengkapnya? Datang saja langsung ke Pulau Kemaro ini, sekaligus menikmati wisatanya, bukan hanya dengar ceritanya.
Untuk  sumber klik di sini
Pantai Indah Popoh (PIP) adalah Pantai alam yang berbentuk Teluk (Pantai Teluk) di pesisir Laut Selatan (Samudra Indonesia) dengan pesona dan kekhasan tersendiri yang jarang ditemui di daerah – daerah pantai lainnya sehingga pantai ini mampu memberi rasa nyaman, aman, dan rasa rindu untuk datang kembali berwisata bagi para wisatawan. Kekhasan pesona Pantai Indah Popoh ini dapat dimulai dari hembusan udara / angin yang khas, angin laut yang datang tidak secara langsung masuk tetapi diterima perbukitan yang mengirimkan angin gunung. Hal ini dikarenakan karena kondisi Pantai Indah Popoh ini yang terletak antara perbukitan pantai teluk (menjorok masuk ke daratan).


Karena letak geografis pantai ini yang masuk ke dalam, maka pengaruh gelombang Laut Selatan yang terkenal ganas menjadi lembut dan tenang. Kondisi ini memungkinkan bagi para wisatawan untuk bercengkerama dan berwisata sepanjang Pantai Indah Popoh dengan aman tanpa terusik ganas dan bahayanya ombak laut selatan. Demi menjaga kenyamanan dan keamanan para wisatawan maka terdapat pula gardu pandang agar para wisatawan dapat menikmati ganas, dan indahnya ombak Laut Selatan, selain itu juga disediakan tempat peristirahatan untuk menyaksikan dan menikmati ombak tersebut dengan aman dan nyaman serta bersih.
Tidak semua pantai Laut Selatan mempunyai goa alam, tapi tidak demikian dengan Pantai Indah Popoh. Goa Alam ini mampu memberi kepuasan bagi para wisatawan karena dapat langsung menyentuh dan menikmati ganas dan indahnya Samudra Indonesia secara bebas sekaligus kalau anda beruntung anda dapat menikmati secara dekat atraksi-atraksi ikan paus bercengkerama di tengah laut Selatan.

Di Pantai Indah Popoh dilengkapi dengan sarana penginapan, pasar ikan, wisata bahari dan beberapa tempat yang asyik untuk memancing. Setiap bulan Suro(Muharam) diselenggarakan Upacara “Labuh Semboyo”. Masih dikawasan Pantai Popoh anda dapat menikmati obyek wisata ” Reco sewu” dan laut bebas. Di sepanjang perjalanan menuju Popoh(Boyolangu, Campurdarat, Besuki) terdapat pula kerajinan batu onix sebagai souvenir khas Tulungagung. Kita dapat menggunakan motor boat untuk menelusuri pantai Sidem, Klatak, Gemah dan Bayeman sebagai arena sampingan selain menikmati keindahan Pantai Indah Popoh ini.

Fasilitas yang disediakan untuk para pengunjung Pantai Indah Popoh ini sangatlah memuaskan, misalkan dengan pengadaan area parkir yang luas sehingga sangat memungkinkan menampung kendaraan / mobil cukup banyak, memberi kemudahan, kenyamanan, dan keamanan serta kelancaran saat masuk dan keluar dari Taman Wisata Pantai Indah Popoh.

Terdapat pula Pendopo Agung yang sangat tepat sebagai sarana tempat penyelenggaraan acara resepsi, seminar / rapat yang didukung dengan perangkat sound system yang lengkap. Dengan bentuk joglo terbuka, para peserta seminar / para penggunaan Pendopo Agung dapat menyelenggarakan acara sambil menikmati suasana Pantai Indah Popoh secara langsung dan bebas serta nyaman.

Di kawasan ini terdapat pula panggung kesenian dengan luas ± 140 m², sebagai sarana tempat penyelenggaraan acara-acara baik tradisional maupun modern secara optimal. Untuk anak-anak juga telah disediakan fasilitas untuk bermain yang cukup representatif, dan akrab dengan dunia anak-anak dalam satu areal yang cukup luas, sehingga bisa memberikan kebebasan, kenyamanan, kebahagiaan yang tepat bagi anak-anak dan keluarga anda selagi menikmati keindahan wisata Pantai Indah Popoh. Kalaupun anda berminat untuk menginap di kawasan wisata ini anda dapat menggunakan fasilitas villa yang dilengkapi dengan kamar mandi air tawar langsung dari sumbernya. Villa ini juga bertempat di areal yang nyaman dengan keindahan alam yang segar, bersih, dan asri serta menghadap langsung ke laut, sangat tepat sebagai tempat peristirahatan bagi keluarga.

Selain itu kawasan wisata Pantai Indah popoh ini juga mempunyai berbagai rumah makan ataupun restoran dengan sajian hidangan beraneka ragam yang dijamin kebersihan dan kesehatannya. Untuk kenang-kenangan anda dapat mengunjungi berbagai kios souvenir dan juga berbagai ragam aksesoris khas daerah pantai yang unik dan menarik, sangat tepat sebagai buah tangan dan kenang-kenangan bagi para wisatawan. Jadi mungkin inilah saatnya bagi anda untuk memulai rencana bepergian ke Pantai Indah Popoh.


Untuk sumber klik di sini



Pacu Jalur Di Kuantan Singingi

Pacu Jalur adalah salah satu Even Wisata Kebanggaan Provinsi Riau, khususnya Kabupaten Kuantan Singingi. Ada yang mengatakan Pacu Jalur ini sama dengan dengan Even Wisata Dayung Perahu Naga. Itu salah besar. Kalau miriup mungkin iya. Karena Pacu Jalur mempunyai keunikan tersendiri. Dimulai dari mencari pohon besar untuk perahu, pembuatannya sampai kegelanggang pacu. Inilah daya tarik even wisata tradisional yang mendunia. Setiap even Pacu Jalur ini dihelat ada saja peserta dari luar negeri yang turut serta. Berikut ini paparan tentang Pacu Jalur, dimulai dari asal usul, pembuatan sampai ke tata cara perlombaanya.
Pacu Jalur Khasanah Budaya Kuantan Singingi

Asal Usul Dan Perkembangan

Kuantan Singingi adalah sebuah daerah yang secara administratif termasuk dalam Provinsi Riau. Daerahnya banyak memiliki sungai. Kondisi geografis yang demikian, pada gilirannya membuat sebagian besar masyarakatnya memerlukan jalur1 sebagai alat transportasi Kemudian, muncul jalur-jalur yang diberi ukiran indah, seperti ukiran kepala ular, buaya, atau harimau, baik di bagian lambung maupun selembayung-nya. Selain itu, ditambah lagi dengan perlengkapan payung, tali-temali, selendang, tiang tengah (gulang-gulang) serta lambai-lambai (tempat juru mudi berdiri). Perubahan tersebut sekaligus menandai perkembangan fungsi jalur menjadi tidak sekadar alat angkut, namun juga menunjukkan identitas sosial. Sebab, hanya penguasa wilayah, bangsawan, dan datuk-datuk saja yang mengendarai jalur berhias itu. Perkembangan selanjutnya (kurang lebih 100 tahun kemudian), jalur tidak hanya berfungsi sebagai alat transportasi dan simbol status sosial seseorang, tetapi diadu kecepatannya melalui sebuah lomba. Dan, lomba itu oleh masyarakat stempat disebut sebagai “Pacu Jajur”.

Pada awalnya pacu jalur diselenggarakan di kampung-kampung di sepanjang Sungai Kuantan untuk memperingati hari besar Islam, seperti Maulid Nabi Muhammad SAW, Idul Fitri, atau Tahun Baru 1 Muharam. Ketika itu setiap perlombaan tidak selalu diikuti dengan pemberian hadiah. Artinya, ada kampung yang menyediakan hadiah dan ada yang tidak menyediakannya. Lomba yang tidak menyediakan hadiah diakhiri dengan acara makan bersama. Adapun jenis makanannya adalah makanan tradisional setempat, seperti: konji, godok, lopek, paniaran, lida kambing, dan buah golek. Sedangkan, lomba yang berhadiah, penyelenggara mesti menyediakan empat buah marewa2 yang ukurannya berbeda-beda. Juara I memperoleh ukuran yang besar dan juara IV memperoleh ukuran yang paling kecil. Namun, dewasa ini hadiah tidak lagi berupa marewa tetapi berupa hewan ternak (sapi, kerbau, atau kambing).

Ketika Belanda mulai memasuki daerah Riau (sekitar tahun 1905), tepatnya di kawasan yang sekarang menjadi Kota Teluk Kuantan, mereka memanfaatkan pacu jalur dalam merayakan hari ulang tahun Ratu Wilhelmina yang jatuh pada setiap tanggal 31 Agustus. Akibatnya, pacu jalur tidak lagi dirayakan pada hari-hari raya umat Islam. Penduduk Teluk Kuantan malah menganggap setiap perayaan HUT Ratu Wilhelmina itu sebagai datangnya tahun baru. Oleh karena itu, sampai saat ini masih ada yang menyebut kegiatan pacu jalur sebagai pacu tambaru. Kegiatan pacu jalur sempat terhenti di zaman Jepang. Namun, pada masa kemerdekaan pacu jalur diadakan kembali secara rutin untuk memperingati hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia (17- Agustusan).

Pacu Jalur Khasanah Budaya Kuantan Singingi

Pemain Pacu Jalur

Pacu jalur hanya dilakukan oleh para laki-laki yang berusia antara 15--40 tahun secara beregu. Setiap regu jumlah anggotanya antara 40--60 orang (bergantung dari ukuran jalur). Anggota sebuah jalur disebut anak pacu, terdiri atas: tukang kayu, tukang concang (komandan, pemberi aba-aba), tukang pinggang (juru mudi), tukang onjai (pemberi irama di bagian kemudi dengan cara menggoyang-goyangkan badan) dan tukang tari yang membantu tukang onjai memberi tekanan yang seimbang agar jalur berjungkat-jungkit secara teratur dan berirama. Selain pemain, dalam lomba pacu jalur juga ada wasit dan juri yang bertugas mengawasi jalannya perlombaan dan menetapkan pemenang.

Tempat Permainan Pacu Jalur

Pacu jalur biasanya dilakukan di Sungai Batang Kuantan. Sebagaimana telah dikatakan di atas, Sungai Batang Kuantan yang terletak antara Kecamatan Hulu Kuantan di bagian hulu dan Kecamatan Cerenti di hilir, telah digunakan sebagai jalur pelayaran jalur sejak awal abad ke-17. Dan, di sungai ini pulalah perlombaan pacu jalur pertama kali dilakukan. Sedangkan, arena lomba pacu jalur bentuknya mengikuti aliran Sungai Batang Kuantan, dengan panjang lintasan sekitar 1 km yang ditandai dengan tiga tiang pancang.

Peralatan Permainan Pacu Jalur

Peralatan permainan dalam pacu jalur, tentu saja adalah jalur yang dibuat dari batang kayu utuh, tanpa dibelah-belah, dipotong-potong atau disambung-sambung. Panjang jalur antara 25--30 meter, dengan lebar ruang bagian tengah 11,25 meter. Bagian-bagian jalur terdiri atas: (1) luan (haluan); (2) talingo (telinga depan); (3) panggar (tempat duduk); (4) pornik (lambung); (5) ruang timbo (tempat menimba air); (6) talingo belakang; (7) kamudi (tempat pengemudi); (8) lambai-lambai/selembayung (pegangan tukan onjor); (9) pandaro (bibit jalur); (10) ular-ular (tempat duduk pedayung); (11) selembayung (ujung jalur berukir); dan (13) panimbo (gayung air). Jalur dilengkapi pula dengan sebuah dayung untuk setiap pemain.

Bagian selembayung dan pinggir badan jalur biasanya berukir dan diberi warna semarak. Motifnya bermacam-macam seperti: sulur-suluran, geometris, ombak, buruk dan bahkan pesawat terbang. Tiap-tiap jalur mempunyai nama seperti: Naga Sakti, Gajah Tunggal, Rawang Udang, Kompe Berangin, Bomber, Pelita, Orde Baru, Raja Kinantan, Kibasan Nago Liar, Singa Kuantan Sungai Pinang, Dayung Serentak, Keramat Jati, Panggogar Alam, Tuah di Kampuang Godang di Rantau, Ratu Dewa dan lain-lain. Tujuan dari pengukiran, pewarnaan dan pemberian nama pada setiap jalur tersebut adalah agar dapat “tampil beda” dari yang lain.

Untuk dapat membuat sebuah jalur-lomba yang biasanya mewakili desa, kecamatan atau kabupaten, harus melalui proses yang cukup panjang dan melibatkan banyak orang. Sebagai suatu proses, tentunya pembuatan jalur dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Berikut ini adalah tahap-tahap yang mesti dilakukan dalam pembuatan sebuah perahu yang oleh orang Kuantan Singingi disebut jalur.

Hal pertama yang dilakukan adalah menyusun rencana pembuatan jalur melalui musyawarah atau rapek kampung yang dihadiri oleh berbagai unsur seperti pemuka adat, cendekiawan, kaum ibu dan pemuda. Rapat ini biasanya dipimpin oleh seorang pemuka desa atau pemuka adat. Bila kesepakatan telah dicapai, maka kegiatan selanjutnya adalah memilih jenis kayu. Pohon yang dicari adalah banio atau kulim kuyiang yang panjangnya antara 25--30 meter dengan garis tengah antara 1½ --2 meter. Kedua jenis pohon tersebut disamping kuat, tahan air, juga dipercayai ada “penunggunya”. Setelah pohon yang memenuhi persyaratan ditentukan, maka penebangan pun dilakukan. Akan tetapi, sebelumnya diadakan semacam upacara persembahan kepada “penunggu” pohon agar pohon itu tidak hilang secara gaib.

Kayu yang sudah disemah oleh pawang, selanjutnya ditebang dengan kapak dan beliung. Setelah itu, kayu diabung (dipotong) ujungnya menurut ukuran tertentu sesuai dengan panjang jalur yang akan dibuat. Setelah diabung kedua ujungnya, kemudian kayu dikupas kulitnya dan diukir pada bagian haluan, telinga, dan lambung. Apabila jalur sudah terbentuk, maka langkah berikutnya adalah meratakan bagian depan (pendadan), yakni bagian atas kayu yang memanjang dari pangkal sampai ke ujung. Kemudian disusul dengan tahap mencaruk atau melubangi dan menghaluskan bagian dalam kayu dengan ketebalan tertentu.

Selanjutnya menggaliak atau membalikkan dan menelungkupkan kembali jalur untuk dibentuk dan dihaluskan. Pekerjaan ini memerlukan perhitungan cermat sebab harus selalu menjaga ketebalan jalur agar dapat seimbang ketika berada di air. Cara mengukurnya antara lain dengan membuat lubang-lubang kakok atau bor yang kemudian ditutup lagi dengan semacam pasak. Setelah terbentuk, maka jalur dibalikkan kembali dan kemudian dilanjutkan dengan proses terakhir yaitu membuat haluan dan kemudi. Apabila haluan dan kemudi telah terbentuk, maka jalur akan dibawa ke kampung untuk diasapi dan disertai dengan upacara maelo jalur. Sebelum jalur diluncurkan ke sungai, ada suatu upacara lagi yang bertujuan agar jalur dapat berlayar dengan baik ketika sudah berada di air.

Aturan Permainan Pacu Jalur

Pacu jalur dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu: (1) pacu antarbanjar atau dusun; (2) pacu antardesa atau kelurahan; dan (3) pacu antarkecamatan yang ada di wilayah Kuantan Sengingi. Aturan dalam ketiga tingkatan perlombaan pacu jalur tersebut tergolong mudah, yaitu regu jalur yang dapat mencapai garis finish terlebih dahulu dari regu lain, dinyatakan sebagai pemenangnya. Pertandingan pacu jalur biasanya dilakukan dengan dua sistem yaitu: setengah kompetisi dan sistem gugur untuk menentukan pemenang pertama hingga keempat dan sepuluh besar.

Pacu Jalur Khasanah Budaya Kuantan Singingi

Jalannya Permainan Pacu Jalur

Perlombaan, baik antardusun, antardesa, maupun antarkecamatan, diawali dengan membunyikan meriam. Meriam digunakan karena apabila memakai peluit tidak akan terdengar oleh peserta lomba, mengingat luasnya arena pacu dan banyaknya penonton yang menyaksikan perlombaan. Pada dentuman pertama jalur-jalur yang telah ditentukan urutannya akan berjejer di garis start dengan anggota setiap regu telah berada di dalam jalur. Pada dentuman kedua, mereka akan berada dalam posisi siap (berjaga-jaga) untuk mengayuh dayung. Dan, setelah wasit membunyikan meriam untuk yang ketika kalinya, maka setiap regu akan bergegas mendayung melalui jalur lintasan yang telah ditentukan. Sebagai catatan, ukuran dan kapasitas jalur serta jumlah anak pacunya (peserta) dalam lomba ini tidak dipersoalkan, karena ada anggapan bahwa penentu kemenangan sebuah jalur lebih banyak ditentukan dari kekuatan magis yang ada pada kayu yang dijadikan jalur dan kekuatan kesaktian sang pawang dalam “mengendalikan” jalur.

Dalam pertandingan jalur, apabila menerapkan sistem gugur, maka peserta yang kalah tidak boleh turut bermain kembali. Sedangkan para pemenangnya akan diadu kembali untuk mendapatkan pemenang utama. Namun apabila menggunakan sistem setengah kompetisi, setiap regu akan bermain beberapa kali dan pada akhirnya regu yang selalu menang hingga perlombaan terakhir akan menjadi juaranya.

Nilai Budaya Pacu Jalur

Nilai budaya yang terkandung dalam pacu jalur adalah: kerja keras, ketangkasan, keuletan, kerja sama dan sportivitas. Nilai kerja keras tercermin dari semangat para pemain yang berusaha agar jalurnya dapat mendahului jalur regu lain. Nilai ketangkasan dan keuletan tercermin dari teknik-teknik yang dilakukan oleh anggota sebuah regu dalam menjalankan jalur agar dapat melaju dengan cepat dan tidak tenggelam. Nilai kerja sama tercermin dari anggota regu yang berusaha bersama-sama mengendalikan jalur agar dapat melaju cepat dan memenangkan perlombaan. Nilai sportivitas tercermin tidak hanya dari sikap para pemain yang tidak berbuat curang saat berlangsungnya permainan, tetapi juga mau menerima kekalahan dengan lapang dada.


Sumber:
Tim Koordinasi Siaran Dierktorat Jenderal Kebudayaan. 1988. Aneka Ragam Hkasanah Budaya Nusantara I. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

1 Jalur adalah sebuah perahu yang pada awal abad ke-17 digunakan sebagai alat transportasi utama warga desa di Rantau Kuantan yang berada di sepanjang Sungai Batang Kuantan (antara Kecamatan Hulu Kuantan di bagian hulu dan Kecamatan Cerenti di hilir). Ketika itu transportasi darat belum berkembang, sehingga jalur merupakan alat angkut penting bagi warga desa, terutama untuk mengangkut hasil bumi, seperti pisang dan tebu. Selain itu, juga untuk mengangkut manusia (sekitar 40 orang).

2 Marewa adalah bendera kain berwarna-warni yang berbentuk segi tiga dan bagian tepinya direnda.
 
Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!